Rabu, 10 Desember 2014

PEMAHAMAN SASTRA ANAK USIA DINI


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak - anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa.
Sastra anak bersumber dari pengalaman, pengetahuan umum, pemahaman psikologis, pedagonis, sosial, hukum, adat, budaya, bahkan agama. Sastra anak lahir kemudian diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun  melalui lisan. Sastra anak secara formal dan intitisional dimulai pada abad ke - 19.
Tema yang diangkat pada sastra anak beragam mengenai masalah kehidupan apalagi jika disangkutkan dengan tujuan penulisannya seperti pendidikan, pengajaran, budi pekerti, lingkungan, kebudayaan, anak mandiri dan lainnya. Tema yang diangkat dalam sastra anak menjauhi unsur - unsur kekerasan dan asusila. Sastra anak selain dimaksudkan untuk menghibur, ia juga dibuat sebagai alat penunjang pendidikan karena unsur - unsurnya yang mendidik.
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).
Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan suatu bilangan tatpi dapat di amati dengan mata telanjang. Proses perkembangang dapat di lihat dengan terbentuknya organ-organ.
Kepribadian adalah organisasi sikap - sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Sosial adalah segala sesuatu perilaku manusia yang menggambarkan hubungan nonindividualis.
Anak usia dini merupakan anak yang berada pada usia 0-6 tahun.. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana peranan cerita dalam perkembangan kepribadian anak usia dini?
2.      Bagaimana peranan cerita dalam perkembangan sosial anak usia dini?

C.    Tujuan Rumusan Masalah
1.      Untuk mengetahui peranan cerita dalam perkembangan kepribadian anak usia dini
2.      Untuk mengetahui peranan cerita dalam perkembangan sosial anak usia dini






BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Sastra Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2008 ); Sastra adalah “karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya”.
Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan dimaksudkan adalah penggunaan kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik.Sedangkan kesusastraan adalah karya seni yang pengungkapannya baik dan diwujudkan dengan bahasa indah.
Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak - anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa.

B.     Hakikat Satra Anak
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Artinya, baik cara pengungkapanannya maupun bahasa yang dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan, adalah khas sastra, khas dalam poengertian lain dari pada yang lain.

C.    Kontribusi Sastra Anak

Sastra anak diyakini memiliki kontribusi ( sumbangan )yang besar bagi “perkembangan kepribadian” anak dalam proses menuju ke kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas. Kepribadian atau jati diri seorang anak dibentuk dan terbentuk lewat lingkungan baik diusahakan secara sadar maupun tidak sadar. Yang dimaksud dalam lingkungan sangat luas wilayahnya. Mulai dari kebiasaan, tingkah laku, contoh : lain-lain yang diberikan orang tua, pendidikan yang sadar dan terencana dilakukan di lembaga sekolah, sampai adapt-istiadat dan lain sebagainya.
1.  Nilai Personal
     a. Perkembangan Emosional
Anak usia dini yang belum dapat berbicara, atau barui ada dalam tahap perkembangan bahasa satu kata atau kaliamt dalam dua tiga kata, sudah ikut tertawa ketika diajak bernyanyi bersama sambil bertepuk tangan. Anak tampak menikmati lagu-lagu bersajak ritmis dan larut dalam kegembiraan. Hal itu dapat dipahami bahwa sastra lisan yang berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang emosi anak untuk bergembira.

      b. Perkembangan Intelektual
Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh “kehebatan” kisah yang menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita menmapilkan urutan kejadian yang mengandung logika pengurutan, logika pengaluran. Logika pengaluran memperlihatkan hubungan antar peristiwa yang dipeni oleh tokoh baik protagonist maupun antagonis. Hubungan yang dikembangkan dalam pengembangan alur pada umumya berupa hubungan sebab akibat, artinya : sutu peristiwa terjadi akibat atau mengakibatkan terjadinya peristiwa yang lain.

      c. Perkembangan imajinasi
Berhadapan dengan sastra, baik itu yang berwujud suara maupun tulisan, sebenarnya kita lebih berurusan dengan masalah imajinasi. Sesuatu yang abstrak yang berada di dalam jiwa, sedang secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti. Bagi anak usia dini yang belum dapat membaca dan hanya dapat memahami sastra lewat orang lain, cara penyampainnya masih sangat berpengaruh sebagaimnaa halnya orang dewasa mengapresiasi poetry reading atau deklamasi.

      d. Pertumbuhan Rasa Sosial
Bacaan cerita mendemontrasikan bagaimana tokoh berinteraksi dengan sesame dan lingkungan. Bagaiaman tokoh itu saling berinteraksi untuk bekerjasama, saling membantu, bermain bersama, dan lain sebagainya. Orang yang hidup di tengah masyarakat tidak mungkin berada dalam keadan terisolasi tanpa berhubungan dengan orang lain.

      e. Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius
Selain penunjang pertumbuhan dan perkembangn unsure emosional, intelektual, imajinasi, dan rasa social, bacaan cerita sastra juga berperan dalam mengembangkan aspek personalitas yang lian, yaitu rasa etis dan religius. Demontrasi kehidupan yang secar konkret diwujudkan dalam bentuk tingkah laku tokoh, di dalamnya juga terkandung tingkah laku yang menunjukkan sikap etis dan religius.

  2. Nilai Pendidikan
      a. Eksplorasi dan Penemuan
Ketika membaca cerita, pada hakikatnya anak dibawa untuk melakukan sebuah eksplorasi, sebuah penjelajahan, sebuah petualangan imajinatif, ke sebuah dunia relative yang belum dikenalnya yang menawarkan berbagai pangalaman kehidupan. Petualangan ke sebuah dunia yang menawarkan pengalaman baru yang menarik, menyenangkan, menenangkan dan memuaskan.

      b. Perkembangan Bahasa
Sastra adalah sebuah karya seni yang bermediakan bahasa, maka aspek bahasa memegang peran penting di dalamnya. Sastra tidak lain adalah suatu bentuk permainan bahasa dan dalam genre puisi unsure permainan tersebut cukup menonjol. Bahasa dipergunakan untuk memahami dunia yang ditawarkan, sekaligus  sastra juga berfungsi meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik menyimak, membaca, emnulis, berbicara.

      c. Pengembangan Nilai Keindahan
Ketika anak berusia 1-2 tahun dininabobokkan dengan nyanyian, dengan kata-kata yang bersajak dan berirama indah. Anak sebenarnya belum dapat memahami makna dibalik kata-kata itu, tetapi sudah dapat merasakan keindahannya.

      d. Penanaman Wawasan Multikultural
Berhadapan dengan bacaan sastra, anak dapat bertemu dengan wawasan budaya berbagai kelompok social dari berbagai belahan dunia. Lewat sastra dapat dijumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berada dengan masyarakat lain.
      e. Penanaman Kebiasaan Membaca
Kata-kata bijak yang menyatakan bahwa buku adalah jendela ilmu pengetahuan,buku adalah jendela untuk melihat dunia, menemui relevansinya yang semakin kuat  dalam abad informasi. Adanya arus global yang melanda dunia dan yang mengandaikan dapat diikuti dengan baik jika orang mau membaca.


D.    Peranan Cerita dalam Perkembangan Kepribadian Anak Usia Dini
Peranan cerita dalam perkembangan kepribadian anak usia dini sangat besar, karena “perkembangan kepribadian” anak dalam proses menuju ke kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas. Kepribadian atau jati diri seorang anak dibentuk dan terbentuk lewat lingkungan baik diusahakan secara sadar maupun tidak sadar. Yang dimaksud dalam lingkungan sangat luas wilayahnya. Mulai dari kebiasaan, tingkah laku.
Anak – anak membutuhkan orang yang dapat menceritakan kandungan buku – buku kepada mereka. Menceritakan kandungan buku merupakan sarana edukatif yang sesuai. Maka, guru di sini merupakan ‘buku’ yang diajarkan, sedangkan ibu adalah orang yang bercerita, dan menjelaskan para tokohnya.
Menceritakan buku anak – anak melalui ‘penyaji cerita’, terutama membaca atau menyajikan cerita itu selain dapat memberikan kenikmatan dan hiburan yang bermanfaat, berikut ini peranan atau manfaat – manfaat cerita dalam perkembangan anak usia dini :
1)      Mengembangkan kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata anak
Terutama bagi anak – anak batita yang sedang belajar bicara. Kata – kata baru yang didengar melalui cerita atau dongeng akan semakin memperkaya kosa kata dalam berbicara, sehingga secara tidak langsung kita telah mengajarkan perbendaharaan kata yang banyak kepada anak melalui cerita. Bagi anak – anaka usia SD cerita juga bisa melatih dan memperkaya kemampuan berbahasa dan memahami struktur kalimat yang lebih kompleks.

2)      Menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas
Hal ini dapat akan memperkuat daya ingat, serta embuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas. Alur cerita dengan menampilkan bentuk – bentuk emosi akan menumbuhkembangkan daya imajinasi anak, sehingga ia merasakan senang belajar dengan membayangkan cerita tersebut. Suatu saat ia bisa menuliskan atau menceritakan kembali isi cerita tersebut.
Sebagai orang tua , kita bisa mulai bicara tentang ending yang menggantung, biarkan ia berimajinasi dan menebak kelanjutannya atau kita sendiri memintanya untuk melanjutkan cerita tersebut. Dengan demikian imajinasi dan kreativitasnya lebih terlatih, terutama ketika di usia sekolah ia mendapat tugas mengarang atau menulis.
Kegiatan bercerita merupakan proses untuk berimajinasi dan berfantasi, baik yang dilakukan oleh pencerita maupun yang mendengarkan cerita. Berimajinasi dan berfantasi adalah sebuah proses kejiwaan yang sangat penting bagi anak-anak sebagai dasar dari kreatifitas. Imajinasi dan fantasi juga akan mendorong rasa ingin tahu anak dan rasa ingin tahu ini dapat mengembangkan intelektual anak. Jadi untuk mengembangkan intelektualitas dan merangsang daya kreativitas anak bisa dilakukan dengan cara bercerita.

3)      Mendisiplinkan anak
Mendisiplinkan disini ialah menanamkan dalam diri anak bisa berupa nilai dan norma. Nilai adalah nilai setiap kualitas setelah ditimbang berdasarkan guna, faedah atau manfaat kualitas. Sedangkan norma adalah sebuah aturan, patokan atau ukuran, yaitu sesuatu yang bersifat pasti dan tidak berubah.

4)      Membantu proses identifikasi diri
Bercerita dapat berperan dalam proses pembentukan watak seorang anak. Sifat dasar anak usia dini adalah suka meniru, jadi dalam pembelajaran mengenali diri atau mengidentifikasi diri bisa dilakukan dengan cara cerita. Melalui cerita ini, anak-anak akan mudah memahami sifat-sifat, figur-figur dan perbuatan baik dan perbuatan buruk. Anak-anak akan meniru figur atau tokoh yang memiliki sifat baik dan anak akan mengidentifikasi dirinya seperti tokoh atau figur yang baik tersebut.

5)      Memperkaya pengalaman batin
Melalui cerita, kita dapat menyajikan kemungkinan kejadian kehidupan manusia, pengalaman maupun sejarah manusia secara riil. Dengan mendengarkan cerita anak-anak akan terlatih memahami berbagai makna kehidupan bahkan hukum-hukum kehidupan manusia. Semakin sering anak mendengarkan cerita maka pengalaman batinnya lebih kaya dan ini sangat membantu kematangan jiwanya. Jiwa yang matang dan kokoh tidak akan mudah terombang-ambing oleh rayuan, godaan dan tantangan hidup. Anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang tegar dan berprinsip dalam menghadapi hidup ini.

6)      Media penyampai pesan atau nilai moral dan agama
Cerita biasanya memiliki nilai-nilai kehidupan tertentu ataupun mengandung pesan moral kehidupan. Pada dasarnya anak-anak lebih senang mendengarkan cerita daripada dinasehati atau diperintah, maka untuk mengajarkan nilai moral atau nilai-nilai yang ada dalam agama lebih efektif bila menggunakan metode bercerita. Teknik menyampaikan pesan maupun pengajaran moral melalui cerita ini dengan cara diselipkan dalam cerita, atau memang pesan dan nilai-nilai moral tersebut dikemas menjadi cerita. Pesan-pesan yang ingin disampaikan atau nilai moral itu bisa juga sampaikan pada akhir cerita dalam kesimpulan atau disimpulkan bersama-sama.

7)      Mengenalkan bentuk – bentuk emosi dan ekspresi
Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentuk – bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedig, gembira, kesal, lucu. Hal ini akan memperkaya pengalaman emosinya yang akan berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan kecerdasan emosionalnya. Karena itu, ketika bercerita berikan penekanan intonasi pada bentuk emosi tertentu, dengan menunjukkan mimic atau ekspresi wajah yang sesuai , sehingga anak mampu mengenali dan memahami bentuk  bentuk emosi tersebut.

8)      Memperkaya wawasan dunia realitas dan imajinatif
Cerita dapat memperkaya wawasan tentang dunia realitas dan imajinatif, karena dengan hal itu dapat menggerakkann daya imajinasi anak – anak dan memperluas cakrawala pengetahuan mereka tentang dunia yang real ini.

9)      Menambah pengalaman yang indah 
Cerita menambah pengalaman yang indah untuk anak karena banyak wawasan yang mereka dapatkan, ketika mereka senang dengan cerita itu maka mereka akan ingat sekali dengan isi dari cerita tersebut. Dan mereka pun akan menceritakan kembali kepada orang – orang disekitarnya.

10)  Sarana hiburan dan penarik perhatian
Cerita merupakan media dan sarana hiburan yang murah meriah bagi anak, sehingga memberikan efek menyenangkan, bahagia, dan ceria khususnya bila cerita yang disajikan adalah cerita lucu. Karena secara psikologis, cerita lucu membuat anak senang dan gembira. Rasa nyaman dan bahagia lebih memudahkannya untuk menyerap nilai – nilai yang kita ajarkan mlalui cerita. Perlu kita ketahui  bahwa lucu tidak sama dengan clowning (membadut). Kriteria lucu disini bukan menonjolkan cerita tentang perilaku yang terlihat kebodoh – bodohan atau konyol, sehingga anak tidak belajar meniru untuk melecehkan kondisi orang lain yang memiliki kekurangan. Kelucuan yang segar dan mendidik bisa membuat anak tidak saja mudah tersenyum, bisa tertawa, atau jarang menangis, tetapi mampu menstimulasi kreativitasnya dan keingintahuannya. Nah, pasti setiap anak pasti suka dengan cerita, maka ditengah kepenatan dan kejenuhan anak dalam belajar bisa diselipkan cerita biar anak merasa segar atau fres kembali. Cerita bisa dimanfaatkan untuk menghibur anak dan mengembalikan suasana aktif dalam belajar.

11)  Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak
Cerita dapat menggugah minat baca seseorang, apabila isi dalam cerita tersebut mudah dipahami dan menarik. Biasanya anak – anak lebih tertarik dengan buku bacaan yang mengandung banyak gambar. Maka anak – anak pun akan merasa senang dan meminta untuk diberikan cerita lagi. Ketertarikan pada cerita akan membuat anak penasaran, ingin  mengetahui dan membaca bukunya. Semakin tinggi rasa ingin tahunya, semakin tinggi pula minat bacanya, kemudian perlahan – lahan minat baca mereka pun akan muncul, sehingga kelak ia menjadi anak yang suka membaca dan menghargai ilmu.

12)  Sarana membangun watak mulia
Cerita dapat membangun watak anak-anak melalui teladan tokoh-tokoh yang ada didalam cerita tersebut. Manfaat ini digunakan oleh bangsa Jepang untuk membangun watak kesatria anak-anak usia dini dijepang melalui kisah tokoh-tokoh samurai dan ini dimasukan dalam kurikulum pendidikan nasional. Pendidik-Pendidik di Amerika memasukan dongeng-dongeng futuristik dalam pendidikannya untuk membangun watak anak-anak didiknya terobsesi dengan hal-hal yang berhubungan dengan teknologi masa depan. Pendidik-Pendidik di Cina mengajar kegigihan dan kerja keras serta keuletan dalam mencapai kesuksesan dengan media cerita. Orang tua di Sumatera Barat mengajarkan kemandirian anak-anaknya dengan kisah-kisah tentang perantau - perantau suksesnya.

13)  Cara Paling Baik dalam Mendidik  Tanpa Kekerasan
Bercerita atau mendongeng merupakan cara efektif untuk memberikan sentuhan manusiawi (human touch) dan menumbuhkan sportivitas anak. Anak lebih bisa memahami hal yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru melalui cerita yang kita ungkapkan. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasi diri dengan lingkungan sekitar, serta memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah – tengah orang lain.

14)  Melatih dan Mengembangkan Kecerdasan Anak
Cerita tidak daja menyenangkan, tetapi memberikan manfaat luar biasa bagi kecerdasan anak secara inteligen (kognitif), emosional (afektif), spiritual dan visual anak. Secara kognitif yaitu akan mempermudah proses pembelajaran pada anak, karena kemampuan berpikir otaknya lebih mudah menyerap nilai yang terkandung dalam cerita. Secara afektif, cerita akan mempengaruhi suasana hati dan menumbuhkan perasaan – perasaan empati dan positif pada anak. Secara spiritual, cerita juga bisa menggugah kesadaran ruhani., menyentuh bagian terdalam diri anak – anak kita, serta melatih kemampuan, kemauan dan kecerdasan mereka akan keberadaan Tuhan dalam hidup mereka. Hal ini secara psikomotorik akan menuntun mereka untuk bisa mengaplikasikan apa yang mereka dengar dari cerita melalui bentuk – bentuk ibadah. Kisah kehidupan Rasulullah SAW (Sejarah Islam), kisah para sahabat Nabi atau para Syuhada merupakan cerita realita yang tepat untuk menstimulasi kecerdasan mereka.

15)  Membangun Hubungan Personal dan Mempererat Ikatan Orang Tua dengan Anak
Hal ini merupakan manfaat yang paling penting bagi kita juga anak – anak kita, terutama bagi kita yang tidak bisa selalu mendampinginya. Membacakan cerita merupakan kesempatan kita untuk lebih dekat dengan mereka, sehingga terbina sebuah komunikasi yang baik.

16)  Dapat Menumbuhkan Rasa Empati Dalam Diri Anak
Karena itu, cerita yang kita bacakan harus sesuai dengan prinsip (menstimulasi daya imajinasi, memperkuat daya ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas). Jika anak dibacakan cerita yang menyentuh jiwa dan perasaan atau bahkan cerita yang bersumber dari pengalaman masa kecil kita, kejadian – kejadian di lingkungan sosial atau tayangan televise yang menarik dan menyentuh sisi kemanusiaan, maka perasaannya akan tersentuh dan ia mulai emiliki rasa empati, mulai dapat membedakan mana yang pantas ditiru dan harus dijauhi. Misalnya, ketika menonton liputan tentang bencana, kita bisa menceritakan betapa menderitanya mereka yang tertimpa bencana dan kita wajib membantunya.

17)  Menambah kapabilitas
Kapabilitas artinya kemampuan. Cerita menambah kapabilitas anak untuk melakukan sesuatu hal yang membuat dirinya terangsang. Dan juga berperan dalam mengembangkan seluruh kekuatan dalam diri anak – anak untuk menjadi pelajar yang paham dan mengetahui segala peristiwa yang ada di sekelilingnya.

E.     Peranan Cerita dalam Perkembangan Sosial Anak

1)      Mampu berkomunikasi dengan sukses melalui lisan atau tulisan
Karena pada saat mendengarkan cerita, anak – anak mendapatkan penambahan kosa kata serta semakin berkembang kemahiran berbahasa mereka dengan semakin sering mereka mendengarkan cerita maka semakin bertambah pula perbendaharaan bahasa dan anak – anak dapat mengembangkannya.

2)      Melatih berinovasi, berkreativitas, dan berimajinasi melalui kerja sama
Cerita mampu melatih anak – anak untuk berinovasi, berkreativitas, dan berimajinasi melalui kerja sama dalam menyajikan cerita antara penyaji dan pendengar, sehingga dengan hal itu membangun sosial mereka terhadap orang lain dalam berkomunikasi, berdiskusi yang dilangsungkan setelah bercerita, dan juga dapa melatih mereka untuk mengungkapkan pendapat.
3)      Membangun Kedekatan Emosional
Kegiatan bercerita berbagai hal, baik itu berupa kejadian dalam kehidupan sehari-hari ataupun cerita rekaan pada anak dengan penuh penghayatan, akan memunculkan ragam rasa pada anak sesuai dengan sifat-sifaf yang ada dalam tokoh cerita tersebut. Jalinan batin berupa ekspresi yang diramu sedemikian rupa oleh pendidik dapat membangun kedekatan emosional anak. Rasa sayang, hormat, dan keteladanan secara alami akan berlangsung pada setiap proses pembelajaran.

4)      Menyalurkan dan Mengembangkan Emosi
Emosi anak selain perlu untuk disalurkan juga perlu dilatih. Metode atau cara yang digunakan adalah dengan bercerita. Melalui cerita ini, emosi anak diajak untuk mengarungi berbagai perasaan manusia, baik kesedihan, kemalangan, kebahagiaan, kegembiraan, duka, dan nestapa. Dengan menghayati berbagai emosi dan perasaan orang lain maka anak akan terlatih untuk berempati dan bersimpati pada orang lain.
5)      Membangun relasi anak dengan orang tua
Cerita memang dapat membangun relasi anak dengan orang tua. Karena dengan berinteraksi melalui cerita hubungan anak dengan orang tua akan semakin dekat. Sehingga menjadikan anak – anak mampu berkomunikasi dengan orang tua tanpa ada rasa malu dan takut. Dan terjadilah hubungan yang seemakin harmonis dalam keluarga.

a.       Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
b.      Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
c.       Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan keagamaan.
d.      Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
e.       Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
f.       Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.






BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Menurut KBBI ( 2008 ); Sastra adalah “karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya”.
Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan dimaksudkan adalah penggunaan kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik.Sedangkan kesusastraan adalah karya seni yang pengungkapannya baik dan diwujudkan dengan bahasa indah.
Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak - anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa.
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas.
           Cerita merupakan sarana penting dalam mengenalkan peradaban bagi anak – anak. Karena hal ini dapat dinilai sebagai salah satu korelasi dasar terpenting yang dapat membantu bangsa dalam mentransfer data, tradisi, dan nilai moral dari satu generasi ke generasi lainnya melalui cerita – cerita kebangsaan yang menarik, dan dapat dilakukan dengan cara membacakan atau menceritakannya. Bagaimanapun juga, kita perlu memotovasi anak – anak untuk mengambil cerita yang disajikan kepada mereka supaya mereka dapat mempelajarinya setelah cerita selesai, dan gambar – gambar yang menarik mereka, hal itu dapat memberikan ketertarikan anak – anak untuk gemar membaca melalui apa yang telah diceritakan kepada mereka, dan kejadian – kejadian yang dialami mereka berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar