BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak - anak dengan
bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya
juga dilakukan oleh orang dewasa.
Sastra anak bersumber dari pengalaman, pengetahuan umum,
pemahaman psikologis, pedagonis, sosial, hukum, adat, budaya, bahkan agama.
Sastra anak lahir kemudian diwariskan oleh nenek moyang secara turun
temurun melalui lisan. Sastra anak
secara formal dan intitisional dimulai pada abad ke - 19.
Tema yang diangkat pada sastra anak beragam mengenai masalah
kehidupan apalagi jika disangkutkan dengan tujuan penulisannya seperti
pendidikan, pengajaran, budi pekerti, lingkungan, kebudayaan, anak mandiri dan
lainnya. Tema yang diangkat dalam sastra anak menjauhi unsur - unsur kekerasan
dan asusila. Sastra anak selain dimaksudkan untuk menghibur, ia juga dibuat
sebagai alat penunjang pendidikan karena unsur - unsurnya yang mendidik.
Cerita adalah rangkaian peristiwa
yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak
nyata (fiksi).
Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan
pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan
dengan suatu bilangan tatpi dapat di amati dengan mata telanjang. Proses perkembangang
dapat di lihat dengan terbentuknya organ-organ.
Kepribadian
adalah organisasi sikap - sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.
Sosial
adalah segala sesuatu perilaku manusia yang menggambarkan hubungan nonindividualis.
Anak
usia dini merupakan anak yang berada pada usia 0-6 tahun.. Usia dini merupakan
usia yang sangat penting bagi perkembangan anak.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
peranan cerita dalam perkembangan kepribadian anak usia dini?
2. Bagaimana
peranan cerita dalam perkembangan sosial anak usia dini?
C.
Tujuan
Rumusan Masalah
1. Untuk
mengetahui peranan cerita dalam perkembangan kepribadian anak usia dini
2. Untuk
mengetahui peranan cerita dalam perkembangan sosial anak usia dini
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sastra Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2008 );
Sastra adalah “karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki
berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan
ungkapannya”.
Sastra adalah karya
seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa
kesusastraan dimaksudkan adalah penggunaan kata-kata yang indah dan gaya bahasa
serta gaya cerita yang menarik.Sedangkan kesusastraan adalah karya seni yang
pengungkapannya baik dan diwujudkan dengan bahasa indah.
Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak - anak dengan
bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya
juga dilakukan oleh orang dewasa.
B.
Hakikat
Satra Anak
Sastra berbicara tentang hidup dan
kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di
sekitar manusia,
tentang kehidupan
pada umumnya, yang semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas.
Artinya, baik cara pengungkapanannya maupun bahasa yang dipergunakan untuk
mengungkapkan berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan, adalah khas
sastra, khas dalam poengertian lain dari pada yang lain.
C.
Kontribusi Sastra Anak
Sastra anak diyakini memiliki
kontribusi ( sumbangan )yang besar bagi “perkembangan kepribadian” anak dalam
proses menuju ke kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang
jelas. Kepribadian atau jati diri seorang anak dibentuk dan terbentuk lewat
lingkungan baik diusahakan secara sadar maupun tidak sadar. Yang dimaksud dalam
lingkungan sangat luas wilayahnya. Mulai dari kebiasaan, tingkah laku, contoh :
lain-lain yang diberikan orang tua, pendidikan yang sadar dan terencana dilakukan
di lembaga sekolah, sampai adapt-istiadat dan lain sebagainya.
1. Nilai
Personal
a. Perkembangan Emosional
Anak usia dini yang belum dapat
berbicara, atau barui ada dalam tahap perkembangan bahasa satu kata atau
kaliamt dalam dua tiga kata, sudah ikut tertawa ketika diajak bernyanyi bersama
sambil bertepuk tangan. Anak tampak menikmati lagu-lagu bersajak ritmis dan
larut dalam kegembiraan. Hal itu dapat dipahami bahwa sastra lisan yang
berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang emosi anak untuk bergembira.
b. Perkembangan Intelektual
Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh
“kehebatan” kisah yang menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita menmapilkan
urutan kejadian yang mengandung logika pengurutan, logika pengaluran. Logika
pengaluran memperlihatkan hubungan antar peristiwa yang dipeni oleh tokoh baik
protagonist maupun antagonis. Hubungan yang dikembangkan dalam pengembangan
alur pada umumya berupa hubungan sebab akibat, artinya : sutu peristiwa terjadi
akibat atau mengakibatkan terjadinya peristiwa yang lain.
c. Perkembangan imajinasi
Berhadapan dengan sastra, baik itu
yang berwujud suara maupun tulisan, sebenarnya kita lebih berurusan dengan
masalah imajinasi. Sesuatu yang abstrak yang berada di dalam jiwa, sedang
secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti. Bagi anak usia dini yang belum
dapat membaca dan hanya dapat memahami sastra lewat orang lain, cara
penyampainnya masih sangat berpengaruh sebagaimnaa halnya orang dewasa
mengapresiasi poetry reading atau deklamasi.
d. Pertumbuhan Rasa Sosial
Bacaan cerita mendemontrasikan
bagaimana tokoh berinteraksi dengan sesame dan lingkungan. Bagaiaman tokoh itu
saling berinteraksi untuk bekerjasama, saling membantu, bermain bersama, dan
lain sebagainya. Orang yang hidup di tengah masyarakat tidak mungkin berada
dalam keadan terisolasi tanpa berhubungan dengan orang lain.
e. Pertumbuhan Rasa Etis dan
Religius
Selain penunjang pertumbuhan dan
perkembangn unsure emosional, intelektual, imajinasi, dan rasa social, bacaan
cerita sastra juga berperan dalam mengembangkan aspek personalitas yang lian,
yaitu rasa etis dan religius. Demontrasi kehidupan yang secar konkret
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku tokoh, di dalamnya juga terkandung tingkah
laku yang menunjukkan sikap etis dan religius.
2. Nilai
Pendidikan
a. Eksplorasi dan Penemuan
Ketika membaca cerita, pada
hakikatnya anak dibawa untuk melakukan sebuah eksplorasi, sebuah penjelajahan,
sebuah petualangan imajinatif, ke sebuah dunia relative yang belum dikenalnya
yang menawarkan berbagai pangalaman kehidupan. Petualangan ke sebuah dunia yang
menawarkan pengalaman baru yang menarik, menyenangkan, menenangkan dan
memuaskan.
b. Perkembangan Bahasa
Sastra adalah sebuah karya seni yang
bermediakan bahasa, maka aspek bahasa memegang peran penting di dalamnya.
Sastra tidak lain adalah suatu bentuk permainan bahasa dan dalam genre puisi
unsure permainan tersebut cukup menonjol. Bahasa dipergunakan untuk memahami
dunia yang ditawarkan, sekaligus sastra juga berfungsi meningkatkan
kemampuan berbahasa anak, baik menyimak, membaca, emnulis, berbicara.
c. Pengembangan Nilai Keindahan
Ketika anak berusia 1-2 tahun
dininabobokkan dengan nyanyian, dengan kata-kata yang bersajak dan berirama
indah. Anak sebenarnya belum dapat memahami makna dibalik kata-kata itu, tetapi
sudah dapat merasakan keindahannya.
d. Penanaman Wawasan Multikultural
Berhadapan dengan bacaan sastra,
anak dapat bertemu dengan wawasan budaya berbagai kelompok social dari berbagai
belahan dunia. Lewat sastra dapat dijumpai berbagai sikap dan perilaku hidup
yang mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berada dengan masyarakat lain.
e. Penanaman Kebiasaan Membaca
Kata-kata bijak yang menyatakan
bahwa buku adalah jendela ilmu pengetahuan,buku adalah jendela untuk melihat
dunia, menemui relevansinya yang semakin kuat dalam abad informasi.
Adanya arus global yang melanda dunia dan yang mengandaikan dapat diikuti
dengan baik jika orang mau membaca.
D.
Peranan
Cerita dalam Perkembangan Kepribadian Anak Usia Dini
Peranan cerita dalam perkembangan
kepribadian anak usia dini sangat besar, karena “perkembangan kepribadian” anak
dalam proses menuju ke kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang
jelas. Kepribadian atau jati diri seorang anak dibentuk dan terbentuk lewat
lingkungan baik diusahakan secara sadar maupun tidak sadar. Yang dimaksud dalam
lingkungan sangat luas wilayahnya. Mulai dari kebiasaan, tingkah laku.
Anak
– anak membutuhkan orang yang dapat menceritakan kandungan buku – buku kepada
mereka. Menceritakan kandungan buku merupakan sarana edukatif yang sesuai.
Maka, guru di sini merupakan ‘buku’ yang diajarkan, sedangkan ibu adalah orang
yang bercerita, dan menjelaskan para tokohnya.
Menceritakan
buku anak – anak melalui ‘penyaji cerita’, terutama membaca atau menyajikan
cerita itu selain dapat memberikan kenikmatan dan hiburan yang bermanfaat, berikut
ini peranan atau manfaat – manfaat cerita dalam perkembangan anak usia dini :
1) Mengembangkan
kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata anak
Terutama bagi
anak – anak batita yang sedang belajar bicara. Kata – kata baru yang didengar
melalui cerita atau dongeng akan semakin memperkaya kosa kata dalam berbicara,
sehingga secara tidak langsung kita telah mengajarkan perbendaharaan kata yang
banyak kepada anak melalui cerita. Bagi anak – anaka usia SD cerita juga bisa
melatih dan memperkaya kemampuan berbahasa dan memahami struktur kalimat yang
lebih kompleks.
2) Menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas
Hal ini dapat akan memperkuat daya ingat, serta embuka cakrawala
pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas. Alur cerita dengan menampilkan
bentuk – bentuk emosi akan menumbuhkembangkan daya imajinasi anak, sehingga ia
merasakan senang belajar dengan membayangkan cerita tersebut. Suatu saat ia
bisa menuliskan atau menceritakan kembali isi cerita tersebut.
Sebagai orang tua , kita bisa mulai bicara tentang ending yang menggantung, biarkan ia
berimajinasi dan menebak kelanjutannya atau kita sendiri memintanya untuk
melanjutkan cerita tersebut. Dengan demikian imajinasi dan kreativitasnya lebih
terlatih, terutama ketika di usia sekolah ia mendapat tugas mengarang atau
menulis.
Kegiatan
bercerita merupakan proses untuk berimajinasi dan berfantasi, baik yang
dilakukan oleh pencerita maupun yang mendengarkan cerita. Berimajinasi dan
berfantasi adalah sebuah proses kejiwaan yang sangat penting bagi anak-anak
sebagai dasar dari kreatifitas. Imajinasi dan fantasi juga akan mendorong rasa
ingin tahu anak dan rasa ingin tahu ini dapat mengembangkan intelektual anak.
Jadi untuk mengembangkan intelektualitas dan merangsang daya kreativitas anak
bisa dilakukan dengan cara bercerita.
3) Mendisiplinkan anak
Mendisiplinkan
disini ialah menanamkan dalam diri anak bisa berupa nilai dan norma. Nilai
adalah nilai setiap kualitas setelah ditimbang berdasarkan guna, faedah atau
manfaat kualitas. Sedangkan norma adalah sebuah aturan, patokan atau ukuran,
yaitu sesuatu yang bersifat pasti dan tidak berubah.
4) Membantu proses identifikasi diri
Bercerita dapat
berperan dalam proses pembentukan watak seorang anak. Sifat dasar anak usia
dini adalah suka meniru, jadi dalam pembelajaran mengenali diri atau
mengidentifikasi diri bisa dilakukan dengan cara cerita. Melalui cerita ini,
anak-anak akan mudah memahami sifat-sifat, figur-figur dan perbuatan baik dan
perbuatan buruk. Anak-anak akan meniru figur atau tokoh yang memiliki sifat
baik dan anak akan mengidentifikasi dirinya seperti tokoh atau figur yang baik
tersebut.
5) Memperkaya pengalaman batin
Melalui cerita,
kita dapat menyajikan kemungkinan kejadian kehidupan manusia, pengalaman maupun
sejarah manusia secara riil. Dengan mendengarkan cerita anak-anak akan terlatih
memahami berbagai makna kehidupan bahkan hukum-hukum kehidupan manusia. Semakin
sering anak mendengarkan cerita maka pengalaman batinnya lebih kaya dan ini
sangat membantu kematangan jiwanya. Jiwa yang matang dan kokoh tidak akan mudah
terombang-ambing oleh rayuan, godaan dan tantangan hidup. Anak akan tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang tegar dan berprinsip dalam menghadapi hidup ini.
6) Media penyampai pesan atau nilai moral dan agama
Cerita
biasanya memiliki nilai-nilai kehidupan tertentu ataupun mengandung pesan moral
kehidupan. Pada dasarnya anak-anak lebih senang mendengarkan cerita daripada
dinasehati atau diperintah, maka untuk mengajarkan nilai moral atau nilai-nilai
yang ada dalam agama lebih efektif bila menggunakan metode bercerita. Teknik
menyampaikan pesan maupun pengajaran moral melalui cerita ini dengan cara
diselipkan dalam cerita, atau memang pesan dan nilai-nilai moral tersebut
dikemas menjadi cerita. Pesan-pesan yang ingin disampaikan atau nilai moral itu
bisa juga sampaikan pada akhir cerita dalam kesimpulan atau disimpulkan
bersama-sama.
7) Mengenalkan
bentuk – bentuk emosi dan ekspresi
Bercerita atau
mendongeng merupakan proses mengenalkan bentuk – bentuk emosi dan ekspresi
kepada anak, misalnya marah, sedig, gembira, kesal, lucu. Hal ini akan
memperkaya pengalaman emosinya yang akan berpengaruh terhadap pembentukan dan
perkembangan kecerdasan emosionalnya. Karena itu, ketika bercerita berikan
penekanan intonasi pada bentuk emosi tertentu, dengan menunjukkan mimic atau
ekspresi wajah yang sesuai , sehingga anak mampu mengenali dan memahami
bentuk bentuk emosi tersebut.
8) Memperkaya wawasan dunia realitas dan imajinatif
Cerita dapat
memperkaya wawasan tentang dunia realitas dan imajinatif, karena dengan hal itu
dapat menggerakkann daya imajinasi anak – anak dan memperluas cakrawala
pengetahuan mereka tentang dunia yang real ini.
9) Menambah pengalaman yang indah
Cerita menambah
pengalaman yang indah untuk anak karena banyak wawasan yang mereka dapatkan,
ketika mereka senang dengan cerita itu maka mereka akan ingat sekali dengan isi
dari cerita tersebut. Dan mereka pun akan menceritakan kembali kepada orang –
orang disekitarnya.
10) Sarana hiburan dan penarik
perhatian
Cerita merupakan
media dan sarana hiburan yang murah meriah bagi anak, sehingga memberikan efek
menyenangkan, bahagia, dan ceria khususnya bila cerita yang disajikan adalah
cerita lucu. Karena secara psikologis, cerita lucu membuat anak senang dan
gembira. Rasa nyaman dan bahagia lebih memudahkannya untuk menyerap nilai –
nilai yang kita ajarkan mlalui cerita. Perlu kita ketahui bahwa lucu tidak sama dengan clowning
(membadut). Kriteria lucu disini bukan menonjolkan cerita tentang perilaku yang
terlihat kebodoh – bodohan atau konyol, sehingga anak tidak belajar meniru
untuk melecehkan kondisi orang lain yang memiliki kekurangan. Kelucuan yang
segar dan mendidik bisa membuat anak tidak saja mudah tersenyum, bisa tertawa,
atau jarang menangis, tetapi mampu menstimulasi kreativitasnya dan
keingintahuannya. Nah, pasti setiap anak pasti suka dengan cerita, maka
ditengah kepenatan dan kejenuhan anak dalam belajar bisa diselipkan cerita biar
anak merasa segar atau fres kembali. Cerita bisa dimanfaatkan untuk menghibur
anak dan mengembalikan suasana aktif dalam belajar.
11) Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca
anak
Cerita dapat menggugah minat baca seseorang, apabila isi dalam cerita
tersebut mudah dipahami dan menarik. Biasanya anak – anak lebih tertarik dengan
buku bacaan yang mengandung banyak gambar. Maka anak – anak pun akan merasa
senang dan meminta untuk diberikan cerita lagi. Ketertarikan pada cerita akan
membuat anak penasaran, ingin mengetahui
dan membaca bukunya. Semakin tinggi rasa ingin tahunya, semakin tinggi pula
minat bacanya, kemudian perlahan – lahan minat baca mereka pun akan muncul,
sehingga kelak ia menjadi anak yang suka membaca dan menghargai ilmu.
12) Sarana membangun watak mulia
Cerita
dapat membangun watak anak-anak melalui teladan tokoh-tokoh yang ada didalam
cerita tersebut. Manfaat ini digunakan oleh bangsa Jepang untuk membangun watak
kesatria anak-anak usia dini dijepang melalui kisah tokoh-tokoh samurai dan ini
dimasukan dalam kurikulum pendidikan nasional. Pendidik-Pendidik di Amerika
memasukan dongeng-dongeng futuristik dalam pendidikannya untuk membangun watak
anak-anak didiknya terobsesi dengan hal-hal yang berhubungan dengan teknologi
masa depan. Pendidik-Pendidik di Cina mengajar kegigihan dan kerja keras serta
keuletan dalam mencapai kesuksesan dengan media cerita. Orang tua di Sumatera
Barat mengajarkan kemandirian anak-anaknya dengan kisah-kisah tentang perantau -
perantau suksesnya.
13) Cara Paling Baik dalam Mendidik Tanpa Kekerasan
Bercerita atau
mendongeng merupakan cara efektif untuk memberikan sentuhan manusiawi (human
touch) dan menumbuhkan sportivitas anak. Anak lebih bisa memahami hal yang
perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru melalui cerita yang kita ungkapkan.
Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasi diri dengan lingkungan
sekitar, serta memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah –
tengah orang lain.
14) Melatih dan Mengembangkan Kecerdasan Anak
Cerita tidak
daja menyenangkan, tetapi memberikan manfaat luar biasa bagi kecerdasan anak
secara inteligen (kognitif), emosional (afektif), spiritual dan visual anak.
Secara kognitif yaitu akan mempermudah proses pembelajaran pada anak,
karena kemampuan berpikir otaknya lebih mudah menyerap nilai yang terkandung
dalam cerita. Secara afektif, cerita akan mempengaruhi suasana hati dan
menumbuhkan perasaan – perasaan empati dan positif pada anak. Secara spiritual,
cerita juga bisa menggugah kesadaran ruhani., menyentuh bagian terdalam diri
anak – anak kita, serta melatih kemampuan, kemauan dan kecerdasan mereka akan
keberadaan Tuhan dalam hidup mereka. Hal ini secara psikomotorik akan
menuntun mereka untuk bisa mengaplikasikan apa yang mereka dengar dari cerita
melalui bentuk – bentuk ibadah. Kisah kehidupan Rasulullah SAW (Sejarah Islam),
kisah para sahabat Nabi atau para Syuhada merupakan cerita realita yang tepat
untuk menstimulasi kecerdasan mereka.
15) Membangun Hubungan Personal dan Mempererat Ikatan
Orang Tua dengan Anak
Hal ini merupakan
manfaat yang paling penting bagi kita juga anak – anak kita, terutama bagi kita
yang tidak bisa selalu mendampinginya. Membacakan cerita merupakan kesempatan
kita untuk lebih dekat dengan mereka, sehingga terbina sebuah komunikasi
yang baik.
16) Dapat Menumbuhkan Rasa Empati Dalam Diri Anak
Karena itu,
cerita yang kita bacakan harus sesuai dengan prinsip (menstimulasi daya
imajinasi, memperkuat daya ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak
menjadi lebih kritis dan cerdas). Jika anak dibacakan cerita yang menyentuh
jiwa dan perasaan atau bahkan cerita yang bersumber dari pengalaman masa kecil
kita, kejadian – kejadian di lingkungan sosial atau tayangan televise yang
menarik dan menyentuh sisi kemanusiaan, maka perasaannya akan tersentuh dan ia
mulai emiliki rasa empati, mulai dapat membedakan mana yang pantas ditiru dan
harus dijauhi. Misalnya, ketika menonton liputan tentang bencana, kita bisa
menceritakan betapa menderitanya mereka yang tertimpa bencana dan kita wajib
membantunya.
17) Menambah kapabilitas
Kapabilitas artinya kemampuan. Cerita menambah kapabilitas anak untuk
melakukan sesuatu hal yang membuat dirinya terangsang. Dan juga berperan dalam
mengembangkan seluruh kekuatan dalam diri anak – anak untuk menjadi pelajar
yang paham dan mengetahui segala peristiwa yang ada di sekelilingnya.
E.
Peranan
Cerita dalam Perkembangan Sosial Anak
1) Mampu berkomunikasi dengan sukses melalui lisan atau
tulisan
Karena pada saat mendengarkan cerita, anak – anak mendapatkan penambahan
kosa kata serta semakin berkembang kemahiran berbahasa mereka dengan semakin
sering mereka mendengarkan cerita maka semakin bertambah pula perbendaharaan
bahasa dan anak – anak dapat mengembangkannya.
2) Melatih berinovasi, berkreativitas, dan berimajinasi
melalui kerja sama
Cerita mampu melatih anak – anak untuk berinovasi, berkreativitas, dan
berimajinasi melalui kerja sama dalam menyajikan cerita antara penyaji dan
pendengar, sehingga dengan hal itu membangun sosial mereka terhadap orang lain
dalam berkomunikasi, berdiskusi yang dilangsungkan setelah bercerita, dan juga
dapa melatih mereka untuk mengungkapkan pendapat.
3) Membangun Kedekatan Emosional
Kegiatan
bercerita berbagai hal, baik itu berupa kejadian dalam kehidupan sehari-hari
ataupun cerita rekaan pada anak dengan penuh penghayatan, akan memunculkan
ragam rasa pada anak sesuai dengan sifat-sifaf yang ada dalam tokoh cerita
tersebut. Jalinan batin berupa ekspresi yang diramu sedemikian rupa oleh
pendidik dapat membangun kedekatan emosional anak. Rasa sayang, hormat, dan
keteladanan secara alami akan berlangsung pada setiap proses pembelajaran.
4)
Menyalurkan
dan Mengembangkan Emosi
Emosi
anak selain perlu untuk disalurkan juga perlu dilatih. Metode atau cara yang
digunakan adalah dengan bercerita. Melalui cerita ini, emosi anak diajak untuk
mengarungi berbagai perasaan manusia, baik kesedihan, kemalangan, kebahagiaan,
kegembiraan, duka, dan nestapa. Dengan menghayati berbagai emosi dan perasaan
orang lain maka anak akan terlatih untuk berempati dan bersimpati pada orang
lain.
5) Membangun relasi anak dengan orang tua
Cerita memang
dapat membangun relasi anak dengan orang tua. Karena dengan berinteraksi
melalui cerita hubungan anak dengan orang tua akan semakin dekat. Sehingga
menjadikan anak – anak mampu berkomunikasi dengan orang tua tanpa ada rasa malu
dan takut. Dan terjadilah hubungan yang seemakin harmonis dalam keluarga.
a.
Bagi anak TK mendengarkan cerita yang
menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
b.
Guru dapat memanfaatkan kegiatan
bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
c.
Kegiatan bercerita juga memberikan
sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan keagamaan.
d.
Pembelajaran dengan bercerita
memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
e.
Dengan dengan mendengarkan cerita anak
dimungkinkan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
f.
Membantu anak untuk membangun
bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang
ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut KBBI ( 2008 ); Sastra adalah “karya tulis yang jika dibandingkan
dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian,
keindahan dalam isi dan ungkapannya”.
Sastra adalah karya
seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa
kesusastraan dimaksudkan adalah penggunaan kata-kata yang indah dan gaya bahasa
serta gaya cerita yang menarik.Sedangkan kesusastraan adalah karya seni yang
pengungkapannya baik dan diwujudkan dengan bahasa indah.
Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak - anak dengan
bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya
juga dilakukan oleh orang dewasa.
Sastra
berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup
manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang semuanya diungkapkan dengan cara
dan bahasa yang khas.
Cerita merupakan sarana penting
dalam mengenalkan peradaban bagi anak – anak. Karena hal ini dapat dinilai
sebagai salah satu korelasi dasar terpenting yang dapat membantu bangsa dalam
mentransfer data, tradisi, dan nilai moral dari satu generasi ke generasi
lainnya melalui cerita – cerita kebangsaan yang menarik, dan dapat dilakukan
dengan cara membacakan atau menceritakannya. Bagaimanapun juga, kita perlu
memotovasi anak – anak untuk mengambil cerita yang disajikan kepada mereka
supaya mereka dapat mempelajarinya setelah cerita selesai, dan gambar – gambar
yang menarik mereka, hal itu dapat memberikan ketertarikan anak – anak untuk
gemar membaca melalui apa yang telah diceritakan kepada mereka, dan kejadian –
kejadian yang dialami mereka berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar